Menuju ke lokasi benteng tidak lah begitu sulit, jika Anda berada di Banda
Aceh, dapat mengendarai sepeda motor atau mobil kearah Krueng Raya melewati
Ujong Batee, dan berhenti didesa Lamdong, selanjutnya papan penunjuk arah yang
menjelaskan di mana lokasi benteng dapat memudahkan Anda ke sana. 
Namun bagi yang tidak memiliki kendaraan jangan khawatir, Anda bisa naik
kendaraan umum yang menuju Krueng Raya lalu kemudian berhenti di Lamdong untuk
selanjutnya berjalan kaki melewati lorong menuju benteng. Walaupun lumayan
jauh, ketika sampai di lokasi, pemandangan Selat Malaka dari atas benteng
sedikit bisa mengurangi rasa lelah Anda. Di jalan tak banyak warga yang
lalu-lalang. Hanya beberapa pelancong, tampak sesekali terlihat melintas.
Begitu memasuki kawasan benteng, dua buah gerbang masuk akan menanti Anda.
Sebuah pos jaga yang berada di sebelah kanan gerbang terlihat berdiri kokoh.
Begitupun tak terlihat ada petugas yang berjaga disana. 
Menurut cerita, Benteng Indra Patra dibangun oleh keturunan Raja Harsya dari
India Selatan pada 604 Masehi. Semula bangunan ini merupakan tempat tinggal
keluarga raja dan digunakan untuk kegiatan ritual. Namun, ketika pasukan
Iskandar Muda merebutnya dari Portugis, peninggalan kerajaan Hindu tersebut
berubah fungsi menjadi tempat penyimpanan senjata, seperti meriam dan bedil. 
Begitupun, ada sumber lain yang menyebutkan bahwa benteng ini dibangun pada
masa Kesultanan Aceh Darussalam dalam upaya menahan serangan Portugis. Karena
menurut sejarah, benteng pertahanan yang terletak di pinggir pantai adalah
pertahanan utama sebuah daerah atau kerajaan. Jika benteng di pinggir pantai
sudah dikuasai musuh, otomatis daerah atau kerajaan tersebut dengan mudah dapat
dikuasai oleh musuh. Bagaimanapun benteng ini sangatlah besar fungsinya pada
jaman Sultan Iskandar Muda yang angkatan lautnya, pada waktu itu, dipimpin oleh
Laksamana Malahayati.
Malahayati, adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan
Aceh. Pada tahun 1585-1604, ia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana
Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil
Alauddin Riayat Syah IV. Pada tanggal 11 September 1599, Malahayati memimpin
2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah tewas) berperang
melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda sekaligus berhasil membunuh
Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal,
sehingga kemudian ia mendapatkan gelar Laksamana untuk keberaniannya ini.
Seperti juga makam Syiah Kuala, benteng yang terbuat dari semen dan batu sungai
ini terletak di bibir pantai Selat Malaka. Tinggi masing-masing benteng sekitar
enam meter. Didalam komplek benteng terdapat beberapa bangunan yang semuanya
juga terbuat dari batu, diantaranya ada bangunan yang berupa persegi. Konon,
bangunan tersebut digunakan sebagai tempat berunding atau rapat. 
Yang menarik, ada sebuah bangunan menyerupai kolam terletak persis di bawah
sebuah pohon besar, bangunan tersebut menyerupai bathtub untuk tempat mandi.
Yang membedakan hanya ukurannya yang lebih rendah dan terbuat dari batu.
Menurut cerita juga, tempat tersebut dulunya digunakan sebagai tempat untuk
mandi. 
Pada 26 Desember 2004 silam, bencana gempa dan tsunami turut menghempaskan
sebagian bangunan benteng yang memang sudah tergerus dimakan waktu. Seperti
yang terlihat di beberapa sudut komplek, onggokan batu yang sudah tidak
berwujud dibiarkan berserakan. Hingga kini belum terlihat adanya niat dari
dinas terkait untuk memugar bangunan benteng yang di seluruh permukaannya telah
berlumut itu. 
Hanya itu sajakah? Nanti dulu, banyaknya sampah yang berserakan, mulai dari
plastik, pakaian bekas hingga maaf pembalut wanita turut menjadikan benteng ini
semakin tak terawat serta mengurangi nilai historis yang terkandung di
dalamnya. 
Dulu ketika Aceh masih menjadi daerah konflik, para wisatawan lokal yang
berkunjung kesana bisa dihitung dengan jari, akan tetapi setelah kesepakatan
damai pemerintah Indonesia-GAM, dan perdamaian pun berangsur-angsur pulih,
benteng tersebut kembali ramai dikunjungi.[Iskandar Norman/pm]
Sumber: acehsky.blogspot.com
 
 
